ADALAH hal yang sangat naif, ketika seorang anak menjadi bodoh,
nakal, pemberang, atau bermasalah, lalu orang tua menyalahkan guru,
pergaulan di sekolah, dan lingkungan yang tidak beres. Tiga faktor itu
hanya berperan dalam proses perkembangan anak, sedangkan bakat anak itu
menjadi bodoh, nakal, atau pemberang justru terletak dari
bagaimana
orang tua memberikan awal kehidupan si anak tersebut.
Bukan hal aneh bahwa seorang anak dapat dididik dan dirangsang
kecerdasannya sejak masih dalam kandungan. Malah, sejak masih janin,
orang tua dapat melihat perkembangan kecerdasan anaknya. Untuk bisa
seperti itu, orang tua harus memperhatikatas Kedokteran Universitas Indonesia
ini, ada faktor psikologis yang memengaruhi perkembangan kecerdasan
bayi, yaitu apakah si ibu hamil menikah secara resmi atau kawin lari.
Pernikahannya direstui atau tidak, dan apakah ada komitmen antara istrii juga ikut gelisah. “Yang paling baik adalah stimuli berupa
suara-suara, elusan, dan nyanyian yang disukai si ibu. Hal ini akan
merangsang bayi untuk ikut senang. Berbeda jika si ibu melakukan hal-hal
yang tidak disukainya, karena itu sama saja memberikan rangsangan
negatif pada bayi,” ujar Sudjatmiko.
Tapi, stimuli itu sendiri lebih efektif bila kehamilan sudah
menginjak usia di atas enam bulan. Sebab, pada usia tersebut jaringan
struktur otak pada bayi sudah mulai bisa berfungsi.
Untuk mendapatkan kondisi-kondisi itulah, seorang ibu hamil harus
tetap menjaga nutrisi yang didapat dari makanan sehari-hari. Bahkan,
perlu diimunisasi, misalnya dengan suntik TT. Lakukan juga konsultasi
rutin dengan dokter secara berkala. Mula-mula sekali sebulan, dan pada
bulan terakhir menjelang kelahiran (partus), diperketat menjadi tiga
minggu sekali, lalu dua minggu sekali, dan bahkan mendekati partus
menjadi setiap minggu.
Sudjatmiko juga menyarankan untuk tidak meminum obat-obatan yang
katanya bisa merangsang perkembangan dan kecerdasan otak bayi.
Obat-obatan semacam itu hanya omong kosong. “Pemberian obat semacam itu
percuma saja, dan tidak berpengaruh apa-apa,” katanya. “Yang penting,
ciptakan saja lingkungan mendidik, yaitu tiga faktor tadi.
Sementara itu, psikolog anak Dra Surastuti Nurdadi juga mengungkapkan
pendapat yang sama. Stimulasi positif, menurutnya, memang dapat
meningkatkan kecerdasan anak sejak dalam kandungan. Dari stimulasi ini,
diharapkan ketika anak tumbuh, bukan hanya menjadi cerdas, melainkan
dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. “Stimulasi menimbulkan
kedekatan antara ibu dan anak.
Bahkan, lanjut Surastuti, bayi masih dalam kandungan bisa distimuli
dengan diperdengarkan musik klasik, diajak berbicara, dan diberikan
elusan penuh kasih sayang. Orang tua juga harus siap dan berusaha
mengajarkan cara anaknya bersosialisasi dengan dunia luar ketika ia
masih di dalam rahim.
Tapi, mengapa musik klasik? Pendapat semacam ini memang terus menjadi
topik bahasan. Musikus hebat seperti Adhi MS, pimpinan Twilite
Orchestra, juga meyakini musik klasik dapat merangsang kecerdasan bayi
sejak dalam kandungan. Bahkan, untuk jenis musik yang ‘merangsang bayi’
ini sudah banyak dijual di toko-toko kaset tertentu.
Tapi, untuk lebih tuntasnya kupasan mengenai hal itu, coba kita simak
penuturan Surastuti yang juga dosen di Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia ini. Musik klasik, katanya, memiliki berbagai macam harmoni
yang terdiri dari nada-nada. Nada-nada inilah yang memberikan stimulasi
berupa gelombang alfa. Gelombang ini memberikan ketenangan, kenyamanan,
dan ketenteraman, sehingga anak dapat lebih berkonsentrasi.
“Menurut beberapa penelitian, musik klasik memang termasuk metode
yang tepat. Anak menjadi siap menerima sesuatu yang baru dari
lingkungannya,” ujar pengasuh rubrik konsultasi di Klinik Anakku ini.
Tapi, jangan coba-coba memperdengarkan musik-musik keras kepada bayi
dalam kandungan. Konon, justru menyebabkan timbulnya kebingungan pada si
jabang bayi!
Tapi, untuk lebih tuntasnya kupasan mengenai hal itu, coba kita simak
penuturan Surastuti yang juga dosen di Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia ini. Musik klasik, katanya, memiliki berbagai macam harmoni
yang terdiri dari nada-nada. Nada-nada inilah yang memberikan stimulasi
berupa gelombang alfa. Gelombang ini memberikan ketenangan, kenyamanan,
dan ketenteraman, sehingga anak dapat lebih berkonsentrasi.
“Menurut beberapa penelitian, musik klasik memang termasuk metode
yang tepat. Anak menjadi siap menerima sesuatu yang baru dari
lingkungannya,” ujar pengasuh rubrik konsultasi di Klinik Anakku ini.
Tapi, jangan coba-coba memperdengarkan musik-musik keras kepada bayi
dalam kandungan. Konon, justru menyebabkan timbulnya kebingungan pada si
jabang bayi!
Sumber : http://www.mindtalk.com/ch/HanyaBerbagi#!/post/50519322f7b73023c5018505